Kamis, 07 Mei 2009

STRATEGI BARU MEDIA MASSA

Krisis ekonomi global (akibat krisis ekonomi Amerika) yang khususnya di Indonesia berdampak melemahnya nilai Rupiah membuat harga bahan baku seperti kertas dan tinta ikut naik karena bahan-bahan tersebut diimpor dari luar negeri.

Media massa yang beragam di dalam dan luar negeri, khususnya media cetak dalam kondisi krisis global ini semakin khawatir, karena melambungnya harga kertas, sehingga perolehan pendapatan iklan yang semakin tergerus dan daya beli masyarakat yang menurun.

Nilai Iklan Media Cetak 2008
• Total belanja iklan sampai Januari-Desember 2008 mencapai Rp43,42 triliun.
• Media cetak memperoleh Rp546,34 miliar atau lebih dari 70% dari total belanja iklan pemerintah dan organisasi politik yang mencapai Rp769 miliar pada semester I/2008.
• Pangsa pasar koran pada semester I/2008 naik menjadi 34% dibandingkan dengan semester I/2007 yang 31%.
• Peningkatan jumlah pembaca koran membuat sirkulasi/peredaran koran di Indonesia mencapai 5,25 juta unit pada 2012.
• Sirkulasi koran di Indonesia pada 2008 diperkirakan naik menjadi 4,95 juta unit dibandingkan dengan 4,9 juta unit di 2007.

Internet telah mengubah cara produksi dan distribusi informasi, baik itu dari sisi industri media maupun industri pendukung media, seperti kertas, tinta dan lainnya. Bahkan di Indonesia ada 33 juta pelanggan Internet pada 2008 dan angkanya diperkirakan terus menanjak setiap tahun. Tidak sedikit kini media cetak memperbesar konten di jaringan dotcom mereka, bahkan tidak tanggung-tanggung disiapkan reporter khusus media dotcom yang dilengkapi dengan handycam untuk merekam wawancara dengan sumber beritanya.

Walaupun jumlah pengaksesnya belum sebesar media televisi, pengakses media internet telah jauh melampaui media cetak bahkan mungkin puluhan kali lipat lebih banyak potensinya. Munculnya pemain-pemain lokal industri internet yang memfokuskan diri pada media seperti detik.com, kompas.com, dan juga okezone.com menunjukkan cepatnya respon media akan hadirnya internet. Pendapatan yang diperoleh oleh industri media ini di dapat dari iklan. Sebagai informasi belanja iklan perusahaan di Indonesia total mencapai 70 triliun rupiah setiap tahun.


berikut adalah history dari jawa post dimana sebelumnya dia hampir bangkrut tetapi waktu jawa post dijual,maka diterapkanlah manajemen2 baru dan di tambahkannya jaringan internet (IT) sehingga jawa post mampu bertahan bahkan menjadi salah satu media koran terkemuka saat ini.


Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen tanggal 1 Juli 1949. Saat itu The chung Shen hanyalah pegawai bagian iklan sebuah gedung bioskop di Surabaya. Karena setiap hari dia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama dia tertarik bikin surat kabar. Setelah sukses dengan Jawa Pos- nya, The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda . Seperti air laut, bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar juga mengalami pasang surut. Akhir 1970-an Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya tinggal 6800 eksemplar. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu mati. Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London.

Maka di tahun 1982, Eric FH Samola yang ketika itu menjabat Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit Majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dialah yang kemudian meletakkan dasar-dasar manajemen baru Jawa Pos. Eric memilih Dahlan Iskan, Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk menjalankan ide-idenya itu. Tahun 1990 Eric Samola menderita sakit yang amat panjang dan akhirnya meninggal dunia di tahun 2000. Dahlan selalu mengatakan Eric Samola bukan saja sebagai seniornya tapi juga bapaknya.Di tangannya, Jawa Pos yang hampir mati dan dengan oplah tinggal 6000 eksemplar, dalam waktu lima tahun berkembang menjadi surat kabar dengan oplah lebih dari 300.000 eksemplar. Lima tahun berikutnya telah terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN) satu jaringan surat kabar terluas di Indonesia. JPNN kini memiliki lebih dari 80 surat kabar dan majalah (lihat peta) dan 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia. Lima tahun berikutnya lagi telah berdiri pabrik kertas dan dua gedung yang menjulang tinggi di Surabaya dan Jakarta. Tahun 2002 mulai memasuki bisnis penyiaran televisi JTV di Surabaya, Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru. Dahlan memulai karirnya sebagai calon reporter di surat kabar kecil di kota kecil Samarinda (Kaltim) tahun 1975. Setahun kemudian dia menjadi wartawan majalah terkemuka Indonesia, TEMPO. Tahun 1982 mulai memimpin Jawa Pos hingga sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar